Sedangkan angka kesakitan pralahir, pada Cesar jauh lebih rendah dibandingkan dengan persalinan per vagina.
Hal ini bcrdasarkan definisi kematian maternal atau kematian ibu: kematian seorang ibu selama kehamilan dan atau dalam 42 hari setelah persalinan yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh kchamilannya.
Sedangkan Cesar bisa menekan angka kematian ibu melahirkan sampai 80% dari kasus trauma persalinan.
Setiap tindakan Cesar punya tingkat kesulitan berbeda-beda.
Dapat juga pada kasus bekas operasi sebelumnya di mana dapat ditemukan perlekatan organ dalam panggul yang sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus.
Cedera ini tak jarang cukup berat.
Komplikasi yang dapat terjadi sesaat setelah Cesar adalah infeksi yang banyak disebut sebagai morbiditas pascaoperasi.
Kurang lebih 90% dari morbiditas pascaoperasi disebabkan oleh infeksi seperti infeksi pada rahim, alat-alat berkemih, usus, dan luka operasi.
Tanda-tanda infeksi antara lain demam tinggi, perut nyeri, kadang-kadang disertai lokia berbau, nyeri bila buang air kecil, luka operasi bernanah, luka operasi terbuka dan sepsis atau infeksi yang sangat berat.
Apabila mencapai keadaan sepsis, resiko kematian ibu akan tinggi sekali.
Komplikasi dapat disebabkan antara lain oleh persalinan dengan ketuban pecah lama, ibu menderita anemia, hipertensi, sangat gemuk, gizi buruk, sudah menderita infeksi saat persalinan, dan dapat juga disebabkan oleh penyakit lain pada ibu seperti ibu penderita diabetes.
Antibiotik profilaksis dapat menurunkan terjadinya resiko infeksi pada operasi.
Cesar dapat menekan angka kematian lebih tinggi dibanding persalinan per vagina.
Apalagi jika kwputusan dilakukan Cesar dilakuknn lebih awal.
Misalnya pada ibu yang dicesar karena eklampsia yakni keracunan kehamilan yang mengakibatkan kejang.
Dalam kasus ini resiko kematian janin atau ibu akan tinggi jika dilakukan persalinan normal.
Kematian ibu akibat resiko Cesar itu sendiri kini dapat ditekan hingga angka 1 per 1.000 persalinan dari data di seluruh dunia.
Kematian langsung akibat operasi ini hanya 1 per 20.000 kasus.
Meskipun angka ini rendah, jika terjadi pada perempuan hamil yang sehat dan sebetulnya tidak memerlukan tindakan operasi akan menjadi hal yang ironis (Seno Adjie, 2007).
Sementara itu, angka kematian ibu melahirkan melalui jalan normal justru kini mencapai 8-32 per 1.000 persalinan.
Secara medis sendiri, teknik operasi ini cukup mudah dan kecil kemungkinan terjadi kesalahan jika dilakukan atas pengawasan dokter profesional.
Kematian atau kesakitan yang terjadi pada bayi baru lahir pada Cesar, bergantung dari faktor-faktor yang mcndasari alasan tindakan operasi.
Pada beberapa daerah di Indonesia terjadi pcnurunan angka kematian bayi akibat meningkatnya tindakan operasi di beberapa rumah sakit.
Hal ini bcrdasarkan definisi kematian maternal atau kematian ibu: kematian seorang ibu selama kehamilan dan atau dalam 42 hari setelah persalinan yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh kchamilannya.
Sedangkan Cesar bisa menekan angka kematian ibu melahirkan sampai 80% dari kasus trauma persalinan.
Setiap tindakan Cesar punya tingkat kesulitan berbeda-beda.
Kematian langsung akibat operasi ini hanya 1 per 20.000 kasus
Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin pada akhir jalan lahir misalnya, sering tcrjadi ccdcra pada rahim bagian bawah atau cedera pada kandung kemih robek.Dapat juga pada kasus bekas operasi sebelumnya di mana dapat ditemukan perlekatan organ dalam panggul yang sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus.
Cedera ini tak jarang cukup berat.
Komplikasi yang dapat terjadi sesaat setelah Cesar adalah infeksi yang banyak disebut sebagai morbiditas pascaoperasi.
Kurang lebih 90% dari morbiditas pascaoperasi disebabkan oleh infeksi seperti infeksi pada rahim, alat-alat berkemih, usus, dan luka operasi.
Tanda-tanda infeksi antara lain demam tinggi, perut nyeri, kadang-kadang disertai lokia berbau, nyeri bila buang air kecil, luka operasi bernanah, luka operasi terbuka dan sepsis atau infeksi yang sangat berat.
Apabila mencapai keadaan sepsis, resiko kematian ibu akan tinggi sekali.
Komplikasi dapat disebabkan antara lain oleh persalinan dengan ketuban pecah lama, ibu menderita anemia, hipertensi, sangat gemuk, gizi buruk, sudah menderita infeksi saat persalinan, dan dapat juga disebabkan oleh penyakit lain pada ibu seperti ibu penderita diabetes.
Antibiotik profilaksis dapat menurunkan terjadinya resiko infeksi pada operasi.
Cesar dapat menekan angka kematian lebih tinggi dibanding persalinan per vagina.
Apalagi jika kwputusan dilakukan Cesar dilakuknn lebih awal.
Misalnya pada ibu yang dicesar karena eklampsia yakni keracunan kehamilan yang mengakibatkan kejang.
Dalam kasus ini resiko kematian janin atau ibu akan tinggi jika dilakukan persalinan normal.
Kematian ibu akibat resiko Cesar itu sendiri kini dapat ditekan hingga angka 1 per 1.000 persalinan dari data di seluruh dunia.
Apabila mencapai keadaan sepsis, resiko kematian ibu akan tinggi sekali.
Di sebuah negeri maju pada tahun 1995-2005 dilaporkan bahwa angka kematian ibu terjadi 1 per 1.746 operasi, dan ditegaskan bahwa hanya 0,35 dari kematian tersebut benar-benar disebabkan langsung dari Cesar.Kematian langsung akibat operasi ini hanya 1 per 20.000 kasus.
Meskipun angka ini rendah, jika terjadi pada perempuan hamil yang sehat dan sebetulnya tidak memerlukan tindakan operasi akan menjadi hal yang ironis (Seno Adjie, 2007).
Sementara itu, angka kematian ibu melahirkan melalui jalan normal justru kini mencapai 8-32 per 1.000 persalinan.
Secara medis sendiri, teknik operasi ini cukup mudah dan kecil kemungkinan terjadi kesalahan jika dilakukan atas pengawasan dokter profesional.
Kematian atau kesakitan yang terjadi pada bayi baru lahir pada Cesar, bergantung dari faktor-faktor yang mcndasari alasan tindakan operasi.
Pada beberapa daerah di Indonesia terjadi pcnurunan angka kematian bayi akibat meningkatnya tindakan operasi di beberapa rumah sakit.
Comments
Post a Comment